Saturday 8 March 2008

Pembelajaran Efektif

Teori tentang model-model pembelajaran mulai berkembang seiring dengan kemajuan pemikirin manusia dalam dunia pendidikan. Tahun 1970-1980, model pembelajaran cenderung bevavoisme dengan model belajar yang tidak mau berbeda dengan orang lain (meniru yang sudah menjadi tradisi turun menurun). Sekitar tahun 1990 muncul model pembelajaran kognitivisme dan pada tahun 2000 mulai ada perubahan pembelajaran dengan model pembelajaran konstruktivisme. Model pembelajaran yang terakhir memungkinkan pembelajaran yang lebih efektif dan menjadikan siswa lebih kreatif dan inofatif.


Pembelajaran yang efektif mempunyai karakteristik bagi siswa untuk melihat, mendengarkan, mendemonstrasikan, bekerja sama, menemukan sendiri, dan membangun konsep sendiri. Karena hasil penelitian menyebutkan bahwa pengalaman belajar 10% diambil dari apa yang kita dengar, 20% dari yang kita baca, 30% dari yang kita lihat, 50% dari yang kita lihat dan dengar, 70% dari yang kita katakan, dan 90% dari yang kita katakan dan lakukan. Suasana pembelajaran yang efektif menurut PP 19 tahun 2005 SNP menyebutkan bahwa suasana belajar di kelas itu harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, inovatif dan discover (menemukan sendiri). Untuk itu memenuhi tuntutan pembelajaran yang efektif, maka munculah model pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning).

Model pembelajaran CTL memungkinkan untuk lebih membentuk pemikiran anak usia 15 tahun ke bawah. Tujuh pilar CTL antara lain

  1. Constructivism

  2. Questioning

  3. Inquiry

  4. Learning community

  5. Authentic assessment

  6. Reflection

  7. Modeling

Konstruktivisme (Constructivism), yaitu siswa belajar sedikit demi sedikit dari konteks terbatas kemudian siswa mengkonstuk (membangun) pemahamannya. Pemahaman yang mendalam diperoleh melalui pengalaman belajar yang bermakna. Sifat pembelajaran ini siswa lebih sering mencoba, berani salah, dan selaras.

Questioning atau bertanya, yaitu mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, digunakan untuk menilai dan melatih kemampuan siswa dalam berfikir kritis.

Penemuan (Inquiry), yaitu siklus yang terdiri dari mengamati, bertanya, mengananalisis dan merumuskan teori, baik perorangan maupun kelompok. Diawali dengan pengamatan, lalu berkembang untuk memahami konsep/fenomena. Model ini memungkin siswa untuk mengembangkan dan menggunakan ketrampilan berfikir kritis.

Learning community atau masyarakat belajar, yaitu memungkin siswa berbicara dan berbagi pengalaman dengan orang lain, bekerjasama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik dibandingkan dengan belajar sendiri.

Pemodelan (modeling), yaitu membahaskan gagaasan yang kita pikirkan, mendemostrasikan bagaimana kita menginginkan para siswa untuk belajar, dan melakukan apa yang kita inginkan agar siswa melakukannya.

Authentic assessment atau penilaian yang sebenarnya, menilai dengan berbagai cara dan dari berbagai sumber, mengukur pengetahuan dan ketrampilan siswa, mempersyaratkan penerapan pengetahuan atau pengalaman, tugas-tugas yang konstektual dan relevan, dan proses dan produk kedua-duanya dapat diukur.

Refleksi (reflection), merupakan cara-cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari, menelaah dan merespon terhadap kejadian, aktifitas dan pengalaman, serta mencatat apa yang kita pelajari, bagaimana kita merasakan ide-ide baru.

Dengan adanya pembelajaran dengan model CTL diharapkan siswa dapat belajar secara efektif dan menyenangkan sehingga dapat memenuhi standar kelulusan yang telah ditentukan oleh BSNP.

Demikian sedikit yang bisa saya tuliskan sebagai oleh-oleh dari Workshop KTSP yang saya ikuti selama 5 hari (3-7 Maret 2008) di Asrama haji Sukolilo, Surabaya dengan pemateri Bapak Abdul Wahid. Semoga bisa bermanfaat untuk mengembangkan cara pembelajaran yang lebih menyenangkan. Info lebih lanjut silahkan bertanya langsyng atau bisa kirim lewat email aja ke ratihdenok@gmail.com


No comments: